Catatan Perjalanan Mongolia (41): Internet, Bergerak tanpa Sinyal

Oleh: Iman Sjahputra

JAKARTA - Internet, segala-galanya. Tanpa dia, dunia terasa jauh—padahal hanya satu jari yang tak bisa menyentuh.

Tak ada pemberitahuan, tak ada panggilan, dan tak ada juga suara.

Hati terasa sepi. Pikiran tak tenang.

Kenapa hidup yang biasanya sibuk dengan dunia luar, kini justru terasa hampa?

Aku pernah membayangkan: bagaimana jika suatu saat aku benar-benar lepas dari informasi luar

Tidak ada kabar dunia. Tidak ada berita politik, tak ada perdebatan.

Tidak ada  Gojek, juga Grabfood, begitu juga  tidak ada komentar, tidak ada siapa-siapa.

Ini bukan bayangan—ini fakta. Aku berdiri di tengah dunia stepa.

Di pagi hari, dunia hewan berpesta pora. Ada sapi, kuda, kambing—beramai-ramai keluar kandang.

Mereka berjalan tanpa digital, tanpa Wi-Fi, tanpa pengeras suara, apalagi GPS pemandu jalan.

Ada yang di depan, ada yang mengikut di belakang.

Tak ada komando. Tak ada teriakan.

Tapi mereka tahu ke mana harus melangkah. Berjalan saling berdekatan, tanpa rangkul-rangkulan, tanpa janji-janji.

Aku heran, kenapa mereka tampak lebih tahu arah dibanding manusia yang punya peta di dalam saku.

Mereka tak bertanya, tapi juga tak tersesat.

Mereka berjalan bukan karena takut tertinggal, tapi karena memang waktunya bergerak. Mereka melangkah bukan tanpa tujuan.

Hanya satu, sarapan pagi yang menunggu. Kopi, tak biasa. Teh, apalagi, bukan minuman kebiasaan. 

Roti, terasa keras di lidah. Seolah butuh dan tak butuh, karena mereka tak paham rasa. Serba hambar.

Mereka hanya berkoor  dalam satu kata “rumput.” Itupun  sudah tersedia semua, meskipun kering, dan menguning.

Aku bingung. Apa info yang berseliweran di dunia maya telah membuat manusia selalu ingin tahu, harus tahu, bahkan merasa perlu peduli pada apa saja yang masuk lewat internet.

Akupun tak sadar manusia kini begitu tak seperrti  dulu, tiap hari hanya bisa baca koran seharian. 

Tak ada info yang lain. Pada zaman itu, .Semua serba minim. Tak seperti zaman ini serba tahu, sok tahu, dan cepat tahu walaupun hal yang tak perlu dia tahu. 

Kenapa tak bisa pura-pura tak tahu, seperti sapi dan kuda yang tak butuh kabar harian?

Mengapa tak bisa seperti mereka—bergerak tanpa peta, tapi tak pernah hilang arah. Meskipun tak ada dunia maya memandu.***

Post a Comment

Klik di atas pada banner
Klik gambar untuk lihat lebih lanjut