Oleh: Iman Sjahputra
JAKARTA - Kunjungan kali ini, penulis memilih tujuan yang boleh jadi rada beda. Ke Perbatasan benua Asia dan Eropa. Kata orang tempat yang penulis kunjungi bisa uniik.
Apa sebab? Bisa jadi banyak wisatawan ke sini karena percampuran sejarah, budaya, adat Asia dan Eropa.
Itu terdapat di negara Georgia, Armenia dan Azerbaijan yang berbatasan dengan negara Rusia di Utara, Turki di daerah barat daya dan negara Iran di selatan.
Ketiga negara ini terkenal juga dengan sebutan negara Caucacus. Karena berbatasan dan dikelilingi pegunungan kaukakus.
Tentu saja banyak hal yang saling pengaruh mempengaruhi sesama negara. Baik dari segi agama, budaya, bahasa dan tak terkecuali sejarah.
Memang menarik bagi mereka yang ingin tahu mendalam bagaimana sejarah, budaya dan kehidupan masing-masing negara.
Maka tak salah menelusuri satu persatu negara yang disebut negara Caucakus. Semisal soal bagaimana sejarah negara Armenia? Dilanjutkan negara Georgia dan Azerbaijan dari sisi historis.
Negara Armenia memang bukan negara kacangan. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 3.000.000 (tiga juta) jiwa, separuh warga bergaji Rp10,000,000 (sepuluh juta rupiah keatas) yang merupakan minimun upah.
Negara beribu kota Yerevan telah memiliki peradaban dan budaya 3.000 tahun. Kota Yerevan dibangun pada abab 8 sebelum Masehi. Penduduk kota berkisar 1,3 juta.
Kerajaan demi kerajaan silih berganti dilalui negara Armenia. Zaman telah berubah.
Terakhir, negara ini merupakan jajahan negara Uni Soviet. Kemerdekaan baru diraih pada tahun 1991.
Walaupun negara Armenia merupakan negara bekas koloni, negara Uni Soviet, namun penduduik negara bebas beragama.
Dan diakui memang negara ini pertama didunia yang menganut agama Kristen. Mayoritas penduduk Armenia beragama kristen Ortodok.
Sebagai negara bekas jajahan tentu saja banyak gedung berarsitektur negara beruang Rusia.
Bangunan ini menjadi pusat perhatian wisatawan. Bak kamerawan, mereka tak henti-henti jepret sana sini.
Kapan lagi melihat gedung kuno yang cantik dan mempesona. Kamera dan perangkat handphone pun menjadi saksi sejarah.
Dari gedung dan bangunan kuno dapat disaksikan percampuran budaya Rusia dan Armenia yang memang sangat kental.
Sebab sebagai negara yang pernah dijajah Uni Soviet, banyak hal dipengaruhinya, antara lain arsitektur dan design gedung, bahasa. Selain itu makanan, senipun tak ketinggalan.
Perlu diketahui bahasa Rusia Slavia menjadi bahasa kedua setelah bahasa Armenia.
Mayoritas penduduk Armenia menguasai bahasa Rusia. Lebih-lebih generasi muda yang telah berpendidikan tinggi.
Maka tak heran bangsa Armenia berkomunikasi dalam 2 (dua) bahasa.
Tapi tak sedikit yang kuasai bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional.
Tak luput juga makanan. Banyak hidangan steak, barbecue, sate daging babi, sapi dan domba. Penasaran memang.
Meskipun beraneka ragam tapi daging, kebab dan roti sangat pegang peranan.
Makan daging didampingi roti panas atau hangat. Ada kepuasan tersendiri.
Hanya sayang daging-daging steak banyak yang asin., sehingga makanpun harus campur dengan lauk lainnya.***
إرسال تعليق