Oleh: Iman Sjahputra
JAKARTA - Kadang aku berpikir, mengapa pasar tradisional itu perlu?
Tentu saja, berbagai alasan membutuhkan penjelasan yang mendalam.
Di mana-mana, pasar tradisional menjadi tempat kunjungan warga, ruang interaksi komunitas, dan lokasi transaksi antar sesama masyarakat.
Apakah semua yang datang ke sana berbelanja? Tidak juga.
Sebagian orang menganggap pergi ke pasar sebagai bentuk wisata—berjalan-jalan, menengok ke kanan dan kiri, siapa tahu ada yang menarik, atau justru menemukan sesuatu yang disuka.
Aku adalah salah satu dari tipe itu. Bagiku, pergi ke pasar bisa menjadi hobi.
Di mana pun berada, pasar tradisional selalu menjadi pilihanku. Aku tak pernah bosan, apalagi mengeluh, biarpun pasarnya jauh.
Aku pun tak pernah nyeletuk, meskipun pasar itu kurang nyaman. Tapi aku memang senang mengunjunginya, walau kadang kulihat pasar itu biasa-biasa saja.
Hal yang menarik bagiku adalah mencoba, merasakan, dan mencicipi masakan lokal.
Seperti di Pasar Rame, Jalan Thamrin, Medan, aku melihat banyak penjual kuetiaw goreng.
Mana yang cocok di lidahku? Banyak pilihannya.
Pilihlah lapak yang antreannya panjang. Kalau perlu, konfirmasi dulu dengan pedagang di sekitarnya.
Itu ilmu yang tepat dan memang faktanya demikian.
Setelah mencicipi kuetiaw goreng buatan seorang tante yang sibuk melayani antrean, aku mengapresiasi dalam hati, rasa memang tak pernah bohong.***
إرسال تعليق