Kesan dari Pakistan (2): Menyeruput Chai di Negeri Rempah

Oleh: Iman Sjahputra

JAKARTA - Aku suka mencoba makanan tradisional di setiap negara yang aku kunjungi. 

Aku tak pilih-pilih; asal terasa asing, aku tak sungkan mencicipinya.

Kata orang, makanan lokal Pakistan mirip dengan makanan India. Aku yakin itu benar.

Aku pernah mampir ke India, dan menu yang ditawarkan pelayan kedai atau restoran di sana memang serupa dengan yang kutemukan di Pakistan.

Pada malam hari, aku mencoba mendatangi pasar tradisional. Suasananya ramai dan hidup. 

Aroma rempah menyengat dari segala penjuru, jahe, kapulaga, kayu manis, dan bawang putih seolah-olah mengundangku untuk segera duduk dan menyantap sesuatu.



Namun karena sudah larut malam, niatku untuk mencoba nasi briyani dan hidangan sejenis pun kuurungkan.

Aku pun berniat kembali keesokan paginya. Mungkin bukan untuk briyani atau kari, melainkan cukup dengan secangkir chai hangat sebagai penyambut hari.

Pagi pun datang. Aku duduk di sebuah kedai kecil yang menjual sarapan. 

Secangkir chai tersaji di depanku, hangat, harum, dan penuh kesan. 

Kuseruput perlahan karena isinya masih panas. Rasanya kuat, pekat, dan kaya rempah.

Aku yakin, ini chai yang asli. Bukan sekadar minuman, tapi perkenalan yang hangat dengan jiwa kuliner Pakistan.




Kulirik kebiasaan warga sekitar, kedai atau warung kecil tak pernah ketinggalan menyiapkan sarapan. 

Paratha, kebab, atau roti cane selalu ada. Siapa yang tak tergiur dengan menu seperti itu?***

Post a Comment

Klik di atas pada banner
Klik gambar untuk lihat lebih lanjut