Oleh: Iman Sjahputra
JAKARTA - Suasana pasar tradisional Medan memang tak jauh berbeda dengan pasar rakyat di seluruh Indonesia.
Pagi hari selalu dipenuhi keramaian dan hiruk-pikuk aktivitas. Apa yang terlihat dan dibeli?
Tentu saja barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan, sayur mayur, serta peralatan rumah tangga.
Namun, satu pertanyaan yang menggelitik adalah: sejak kapan Pasar Beruang ini ada?
Apakah sudah berdiri sejak zaman kolonial, atau baru muncul setelah masa kemerdekaan?
Sayangnya, hingga kini belum ada data yang akurat mengenai hal tersebut.
Foto-foto lama maupun dokumen pendukung pun belum berhasil ditemukan.
Aku juga tak paham mengapa pasar ini dinamakan Pasar Beruang.
Banyak pasar tradisional di Medan, tetapi tak ada yang bernama Pasar Harimau, Pasar Kancil, atau Pasar Singa.
Ada Pasar Rame, Pasar Petisah, Pasar Glugur, dan Pasar Besi, misalnya.
Mungkin karena lokasinya di Jalan Beruang, maka pasar di sana dikenal sebagai Pasar Beruang.
Sebuah nama memang boleh jadi tak terlalu penting, yang lebih utama adalah fungsi pasar sebagai tempat masyarakat berinteraksi dan bersosialisasi.
Pasar yang didominasi oleh masyarakat Tionghoa ini terasa nyaman untuk dikunjungi, terutama bagi pecinta kuliner. Berbagai makanan dan minuman khas disajikan di sini.
Kita tak perlu bingung mencari kuetiaw goreng, bihun kuah, bubur, nasi ayam Hainan, dan kuliner autentik masyarakat Tionghoa lainnya.
Semua lengkap dan siap memanjakan lidah, asal perut Anda siap menerima. Siapa yang tak tergiur untuk berkunjung ke sini?***
إرسال تعليق