Konsep Penyajian Dim Sum Telah Bergeser Makna

Oleh: Iman Sjahputra

JAKARTA - Mau Dim Sum, tak perlu jauh-jauh ke Canton, Tiongkok. Kini Dim Sum telah mendunia. 

Di negara manapun,  orang mudah menemukannya? Namun yang paling banyak dan afdol adalah negara Canton, Guang Zhou(广州).  

Apa itu Dim Sum? Mengapa kata ini tak asing di telinga? 

Ingat kata sarapan tak lupa sebutan Dim Sum, apalagi berada di negara Asia seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, Hongkong dan Tiongkok, bahkan Canada dan Amerika.


Kata Dim Sum begitu populer. Kata yang secara harafiah berarti menyentuh hati secara mendalam boleh jadi mempunyai arti lain yaitu sarapan atau hidangan kecil yang disajikan dalam suatu jamuan atau acara temu antar sesama keluarga, relasi ataupun pertemanan. 

Kudapan kecil ini terdiri dari Siomay, Hak kao, bakpao, kaki ayam, wonton  atau bubur.

Pada saat menikmatinya didampingi dengan seteko teh chinese.

Namun sebagian besar warga Asia lebih suka dengan teh susu atau kopi susu sebagai pendampingnya. 

Sebab minuman teh-kopi susu seperti di negara Malay mempunyai rasa yang khas dibandingkan dengan secangkir teh. 

Maka tak heran resto di Asia khususnya Malaysia dan Singapura selalu menyiapkan jenis minuman ini sebagai pendamping  Dim Sum dalam penyajiannya.



Konsep dan cara penyajian Dim Sum kini juga mengalami pergeseran. 

Tak perlu mendorong troley ke meja makan tamu-tamu yang datang ke sebuah resto. 

Bisa juga dengan self services di antara tamu-tamu yang datang. 

Untuk Mall yang besar seperti di Singapura, konsep penyajian lebih tertuju pada konsep three in one. 

Artinya di food court yang mewah telah menyediakan berbagai makanan dikumpulkan dalam satu lokasi- dapur terbuka, seperti beverages minuman satu lapak; jualan Dim Sum satu store dan buah-buahan dalam satu stall. 


Ketiga jenis makanan ini terkumpul dalam satu dapur yang terbuka. 

Konsumen tinggal pilih mana yang mereka suka. Konsep ini lebih tertuju pada konsep “self services” dari pada disajikan oleh pelayan. 

Konsep ini selain kelihatan lebih hygiene karena terbuka untuk umum, dan customer bisa mengontrol keberadaannya. Bahkan lebih efisien bisa mengurangi tenaga yang tak perlu. 

Namun ada kendalanya. Hanya makanan-makanan yang ditawarkan dengan siap saji.

Konsep ini terlihat di Singapura yang dikelola oleh sebuah perusahaan Cook House by Kou Hu.***

Post a Comment