Oleh: Iman Sjahputra
JAKARTA - Kenyamanan adalah hal utama yang dicari konsumen dalam urusan kuliner.
Banyak pencinta makanan enggan berbelanja sambil terpapar terik matahari dan panasnya cuaca.
Namun, kondisi itu berbeda di Negeri Gajah Putih. Di Thailand, kuliner bukan sekadar soal tempat yang nyaman, tapi juga soal suasana, lingkungan, harga, dan tentu saja rasa.
Di Bangkok, kita bisa melihat banyak pasar tradisional yang tetap hidup dan bahkan berkembang.
Salah satunya adalah Chatuchak Market, yang sudah dikenal secara internasional.
Pasar ini ramai dikunjungi wisatawan mancanegara setiap akhir pekan.
Barang dagangan yang ditawarkan pun sangat beragam, mulai dari kerajinan tangan, hiasan rumah, makanan, minuman, pakaian, hingga buah-buahan tropis.
Sementara itu, ada juga Pasar Thonburi, yang lebih menyasar warga lokal.
Meski tak seterkenal Chatuchak, Thonburi tetap ramai karena menawarkan harga terjangkau dan suasana akrab khas pasar rakyat.
Warung-warung kecil di sana tetap bertahan dan menjadi pilihan utama banyak warga.
Bukan hanya karena harga yang bersahabat, tetapi karena rasa makanannya yang otentik, serta hubungan yang hangat antara pedagang dan pembeli.
Aku sempat mampir dan mencicipi beberapa menu lokal, seperti salad khas Thailand dan nasi campur.
Rasanya tidak kalah dengan hidangan di restoran-restoran ternama.
Maka tak mengherankan jika lembaga kuliner sekelas Michelin Guide asal Prancis kerap memberikan penghargaan kepada warung-warung kecil di Thailand yang menyajikan cita rasa luar biasa.
Warung bukan sekadar tempat makan murah di Thailand, ia menjadi simbol ketahanan tradisi kuliner.
Akupun sadar di negeri ini, bahkan makanan pinggir jalan bisa menarik perhatian dunia.***
Posting Komentar