Kesan dari Pakistan (16): Sunyi dan Hening di Tempat Wisata, Tanda Tak Amankah?

Oleh: Iman Sjahputra

JAKARTA - Banyak yang bertanya, apakah berkunjung ke Pakistan itu aman? Aman bagaimana maksudnya? 

Katanya di sana sedang perang, banyak teroris dan pemberontak. Bom di sana-sini. 

Cerita-cerita seperti ini tersebar luas di berbagai negara, membuat banyak orang takut untuk datang ke sana.

Tapi, benarkah semua itu? Apakah itu fakta? Atau hanya isu yang dibesar-besarkan?

Sekarang, masalah-masalah kecil pun sering diviralkan, seolah tak perlu lagi saringan. 

Asal muat, asal unggah, asal beredar yang penting tak ketinggalan berita. 

Apa yang semula biasa-biasa saja bisa berubah menjadi menakutkan karena terus-menerus diulang dan disebarkan.


Aku pernah berkunjung ke tiga kota besar di Pakistan: Islamabad, Lahore, dan Karachi. Kota-kota metropolitan yang tak pernah sepi dari keramaian. 

Kehidupan siang dan malam -- daylife dan nightlife -- berjalan sebagaimana kota-kota besar dunia lainnya. 

Hiruk-pikuknya, lalu lintasnya, pusat perbelanjaannya, bahkan kafe dan tempat hiburan malamnya, tidak berbeda jauh dengan Jakarta, Kuala Lumpur, atau bahkan Istanbul.

Masing-masing kota punya dunianya sendiri. Nama dan kebiasaan bisa berbeda, tapi semangat urbanitasnya sama. 

Di Jakarta, orang sarapan dengan kopi dan jajanan pasar, atau semangkuk bakmi, kwetiau, dan lontong sayur. 

Di Pakistan, pagi-pagi orang biasa menyeruput chai hangat, ditemani roti paratha, naan, atau roti canai yang gurih.

Rutinitas hidup berjalan sebagaimana mestinya. Tak ada yang terasa mencekam.

Bisa saja tembak-menembak di perbatasan atau konflik bersenjata di pegunungan memang terjadi tapi itu hanya sebagian kecil dari lanskap besar bernama Pakistan.


Sayangnya, potongan kecil itulah yang sering dijadikan gambaran utuh. Seolah-olah, seluruh negeri ini tak aman.

Itu baru kota-kota besar yang nyaris tanpa cela. Tapi persepsi terlanjur terbentuk Pakistan tidak aman, bahkan berbahaya. 

Ketika aku menyusuri desa-desa kecil, suasananya pun tak kalah tenang meskipun nyaris tak tampak satu pun turis asing. Ke mana mereka?

Di desa Kalam, Malamjabba, dan Lembah Swat, aku nyaris tak melihat restoran, kafe, atau penginapan yang disesaki turis asing. Sunyi. Hening. 

Pemandangan indah, tapi seolah hanya untuk warga lokal.

Mungkin aku datang di musim yang salah — September, saat kemarau. Atau mungkin juga, para pelancong lebih percaya pada berita-berita yang berseliweran Pakistan penuh dor-doran.

Tapi yang pasti, saat aku berjalan di desa, aku selalu dikawal oleh minimal dua orang polisi. 


Apakah ini bukti bahwa Pakistan memang tak aman? Atau hanya bentuk kehati-hatian pemerintah terhadap tamu asing?***

Post a Comment

Klik di atas pada banner
Klik gambar untuk lihat lebih lanjut