Oleh: Iman Sjahputra
JAKARTA - Aku jarang melihat orang asing di Malamjabba, Pakistan, padahal hotel tempatku menginap berbintang dan cukup nyaman.
Aku penasaran, ingin bertanya—tapi kepada siapa? Tak ada tamu lain yang bisa diajak berbincang.
Berbicara dengan pegawai restoran pun hanya sebatas kata-kata seperti chai tea dan paratha—itu pun yang paling mereka pahami.
Tak biasa rasanya melihat hotel berbintang tanpa tamu. Mungkin aku datang di musim yang salah: September.
Malamjabba, bagaimanapun, adalah daerah wisata ski dan pegunungan.
Barangkali tempat ini hanya benar-benar hidup di musim dingin, ketika salju turun dan para turis berdatangan.
Aku masih mencoba mencari tahu ke mana semua orang pergi.
Kata manajer hotel, di depan hotel terdapat kawasan chairlift—kereta gantung—yang biasa digunakan untuk menikmati pemandangan pegunungan sekitar.
Aku melongok ke depan. Suasana tampak sepi.
Jangan-jangan Pakistan memang kurang aman, ya?
Mungkinkah itu sebabnya tak terlihat satu pun tamu asing?
Kecurigaanku bertambah ketika aku berjalan menuju kereta gantung dan menaiki chairlift yang membawa ke arah bukit.
Ternyata memang sekelilingnya sunyi, nyaris tanpa kehidupan.
Saat aku turun dari bukit, hatiku masih bertanya-tanya: apakah aku datang di musim yang salah, atau memang daerah ini hanya ramai saat musim salju? Padahal aku menginap di hotel berbintang.***
Posting Komentar