JAKARTA - Sudah lama aku suka makan hot pot di mana-mana, apalagi saat musim hujan atau musim dingin.
Di Tiongkok, hot pot-nya serba lengkap, karena setiap suku di sana memiliki cara dan metode tersendiri dalam memasak hot pot.
Hot pot di Gui Zhou berbeda dengan hot pot di Chengdu.
Di Gui Zhou, hidangan kuah rebusan disiapkan dengan aneka rempah dan dimasak perlahan di atas api kecil.
Setelah kuah matang, tamu diminta memilih daging babi secara kiloan, yang kemudian diiris tipis oleh pelayan, langsung di tempat.
Masakan daging menjadi andalan utama, sedangkan sayur-mayur hanya sebagai pelengkap hidangan.
Lain halnya dengan di Chengdu. Di sana, kuah rebusan memiliki berbagai aroma: ada yang khas Sichuan yang pedas menggigit, ada juga yang menggunakan rempah herbal, bahkan ada kuah yang mirip sup ayam.
Pada umumnya, turis asing lebih memilih kuah herbal, meskipun masakan Chengdu memang dikenal dengan rasa pedasnya yang khas.
Mungkin hot pot di Tiongkok berbeda dengan di Indonesia, meskipun lidah orang Indonesia juga tidak kalah dalam hal selera pedas, seperti halnya orang Sichuan.
Di Indonesia terutama di kota-kota seperti Jakarta dan Medan, kuah rebusan hot pot juga hadir dalam berbagai varian rasa.
Ada yang menggunakan kaldu herbal, kaldu kolagen, hingga rasa Tom Yam ala Thailand.
Kebetulan aku sedang berada di kota Medan. Kata orang, di kawasan perumahan elite Cemara Asri, ada sebuah hot pot rumahan yang enak.
Aku pun tak sungkan untuk mendatanginya. Awalnya aku sedikit bingung, mengapa hot pot ini tidak punya merek dagang?
Di depannya hanya tertulis “Hot Pot”, polos dan sederhana.
Apakah pemiliknya memang tidak menginginkan nama khusus? Atau justru terlalu pede dengan masakannya?
Hingga akhirnya muncul pertanyaan klasik di kepalaku: apa arti sebuah nama?
Aku tak perlu banyak bercerita soal rasa dari hot pot perumahan ini, karena satu suapan sudah cukup membuktikan kualitasnya.
Semangkuk rebusan kuah kolagen yang kaya rasa telah membuatku terpesona.
Belum lagi hidangan dim sum-nya yang gurih dan lembut, membuatku merasa wajib kembali ke sini suatu hari nanti.***
Posting Komentar