Jalur MRT di Kawasan Glodok - Kota Tua Salah Satu TOD yang Ikonik

Jakarta, JIA XIANG - Pengelola kereta Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta aktif mengembangkan kawasan berorientasi transit (TOD) di sepanjang jalurnya.

Upaya ini merupakan bagian dari visi untuk mengubah paradigma kota yang sebelumnya berorientasi pada kendaraan pribadi menjadi berorientasi pada transportasi publik.

Seperti yang sedang dikerjakan di jalur Fase 2A. Pendekatan berbeda dilakukan PT MRT dalam pengembangan kawasan berorientasi transit (TOD) di jalur tersebut dengan memprioritaskan revitalisasi aset-aset bersejarah di kawasan Glodok hingga Kota Tua, alih-alih membangun area komersial baru.

Direktur Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta (Perseroda) Farchad Mahfud, dalam MRTJ Fellowship Program 2025 di Jakarta, Kamis (8/8/2025), mengatakan revitalisasi aset-aset tersebut bertujuan untuk menjadikan dua kawasan tersebut sebagai destinasi wisata yang hidup dan berkelas dunia.

Menurut Farchard, TOD di kawasan ini adalah yang paling unik. Proyek ini dipersiapkan untuk menyambut pengoperasian Stasiun MRT Kota yang dijadwalkan pada 2029.

"Ini adalah persaingan untuk bagaimana merevitalisasi aset-aset yang sudah ada, yang sudah indah tidak perlu diapa-apakan,” ujar Farchad.

Jadi warga Jakarta tidak perlu ke luar negeri untuk mendapatkan pemandangan yang bagus-bagus itu.

"Cukup naik MRT, turun di Stasiun Kota,” ucapnya.

Farchad menjelaskan konsep utama pengembangan TOD ini adalah mengubah kawasan tersebut menjadi pusat destinasi pejalan kaki. 

Ruas jalan dari Pantjoran Tea House di Glodok hingga Stasiun Kota akan direvitalisasi.

Bahkan, MRT mengusulkan agar hanya Transjakarta bertenaga listrik yang diperbolehkan melintas, sehingga menciptakan lingkungan bebas polusi yang nyaman.

Di sisi Glodok, meski pembangunan gedung tinggi masih mungkin dilakukan, Farchad menyebut area pejalan kaki akan tetap menjadi ciri khas utama.

Revitalisasi ini bertujuan menghidupkan kembali aset-aset bersejarah yang selama ini belum dimanfaatkan, mengubah Kota Tua menjadi kawasan yang ramai dengan aktivitas.

"Kami akan dekati satu per satu. Untuk kami ubah dan fungsikan dengan baik," ujarnya.

Jalur MRT Jakarta Fase 2A akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga Kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer. 

Fase ini terdiri atas tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota.

Fase 2A tersebut dibagi menjadi dua segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI—Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027, dan segmen dua Harmoni—Kota yang ditargetkan selesai pada 2029.

Dalam pelaksanaannya, MRT Jakarta menggunakan strategi "aset per aset". Pendekatan ini dipilih karena dianggap lebih efisien dari sisi biaya dan lebih mudah dalam penanganan masalah.

"Kami tidak bisa membangun satu kawasan penuh dengan effort dan biaya yang besar. Lebih baik kita asset by asset," kata Farchad.

Menurut dia, strategi ini juga memungkinkan perusahaan untuk memahami persoalan di setiap aset dan kawasan secara lebih mendalam sebelum melangkah ke proyek yang lebih besar.

Hingga saat ini, MRT Jakarta telah menyelesaikan sejumlah proyek TOD yang ikonik dan fungsional, di antaranya Blok M Hub, Terowongan Kendal di Dukuh Atas, jembatan penyeberangan orang (pedestrian skybridge) di Lebak Bulus, Transport Hub di Dukuh Atas, dan Taman Literasi Martha Tiahahu di Blok M-Sisingamangaraja.[JX/antaranews.com/Win]


Post a Comment

Klik di atas pada banner
Klik gambar untuk lihat lebih lanjut