Oleh: Iman Sjahputra
JAKARTA - Aku suka menjelajah tanpa peta. Tak tahu sudah berapa negara yang kudatangi.
Di mana ada yang menarik, di situlah kakiku melangkah.
Aku tak pilih-pilih. Tak pernah memilah negara berdasarkan nama besar, sejarah, atau reputasi.
Asal terdengar asing di telinga, aku justru makin ingin melihat dari dekat.
Makin jauh dari sorotan dunia, makin kuat pula rasa ingin tahuku.
Aku suka melihat wajah-wajah asing. Biar terpencil, langkahku tak pernah kutahan.
Aku pernah menyusuri daerah yang begitu jauh, menurut peta, negara itu berada di ujung dunia.
Aku mengukur jarak dengan naluri, bukan kilometer. Sebab angka-angka tak pernah benar-benar jujur soal jauhnya perjalanan.
Seberapa jauh? Tak pasti. Yang aku tahu, negara itu bernama: Peru.
Jauh memang. Aku pun nyaris lupa bahwa mereka punya Machu Picchu, bangunan kuno peninggalan Raja Inca yang tersohor ke seluruh dunia.
Warisan sejarah ratusan tahun itu berdiri anggun di pegunungan Andes.
Suku Inca mendominasi dataran tinggi, sementara suku-suku di hutan Amazon hidup menyatu dengan alam berdampingan dengan sungai, pohon, dan sunyi.
Wajah-wajah mereka terasa berbeda dengan suku-suku Asia.
Kulit mereka cokelat pekat—bukan putih bersih seperti suku Kazakh, Mongol, Tibet, atau Miao di Tiongkok.
Perbedaan ini mengingatkanku bahwa wajah adalah penanda, tapi bukan penentu arah hidup seseorang.
Kadang aku heran, mengapa wajah suku-suku terpencil di Asia tak sepenuhnya mirip satu sama lain?
Padahal mereka tinggal dalam satu benua: yang satu di utara, yang lain di selatan.
Suku Mongol tampak mirip dengan Kazakh dan Tuva—tubuh mereka besar, karena hidup di stepa luas dan dingin.
Sementara suku Miao di Guizhou tinggal di pegunungan, hidup dari pertanian dan tenun tradisional.
Lingkungannya membuat tubuh mereka berbeda—lebih kecil, lebih lincah.
Apa yang membedakan mereka? Budaya? Bahasa? Iklim?
Ataukah hanya garis tipis sejarah yang menjauhkan mereka, hingga wajah mereka tak pernah benar-benar serupa?
Aku pun belum tahu jawabannya. Tapi aku percaya: melihat wajah-wajah itu dari dekat, adalah cara paling jujur untuk memahami dunia.***
إرسال تعليق