Oleh: Iman Sjahputra
JAKARTA - Pasar tradisional di suatu daerah selalu memiliki daya tarik tersendiri. Bukan semata-mata karena harganya yang murah, tetapi karena keaslian serta nuansa lokal yang hadir di dalamnya.
Hal-hal autentik inilah yang menjadikan pasar bukan hanya tempat berbelanja, melainkan juga destinasi wisata yang layak dikunjungi.
Di sini, kuliner tradisional yang khas pun mudah ditemukan. Salah satunya adalah kue Apem, makanan yang di banyak daerah di Malaysia umumnya dijual oleh etnis India.
Namun di Taiping, para penjualnya justru didominasi pedagang dari etnis Tionghoa, mencerminkan keunikan budaya setempat yang saling berbaur.
Tidak hanya itu, banyak pedagang sayur-sayuran, buah-buahan, daging, dan hasil hewani lainnya juga berasal dari komunitas Tionghoa.
Fenomena ini bukan disebabkan oleh kurangnya keberagaman, melainkan berkaitan dengan komposisi penduduk setempat.
Data demografi yang sering dikutip selama ini menyebutkan bahwa populasi Taiping terdiri dari sekitar 46 persen etnis Tionghoa, 42 persen etnis Melayu, dan 12 persen etnis India.
Namun demikian, angka-angka ini belum dapat dipastikan sepenuhnya, sebab pemerintah belum mengeluarkan data resmi terbaru mengenai komposisi etnis di Taiping.
Berjalan-jalan di pasar, udara terasa sejuk meski tanpa AC, mungkin karena cuaca mendung atau plafon bangunan yang tinggi.
Aku menyusuri berbagai dagangan unik: mulai dari kue Apem, kue Pukis, hingga berbagai jajanan pasar lainnya.
Harganya pun sangat terjangkau; sebiji kue pisang hanya 1,5 ringgit, namun rasanya tak kalah dengan yang dijual di restoran mahal.
Bisa dikatakan, harga lima kali lebih murah dengan mutu setara restoran.***










إرسال تعليق