Jakarta, JIA XIANG - Industri otomotif China telah berada dalam perang harga selama beberapa tahun terakhir.
Hingga kini, pertarungan itu belum menunjukkan tanda mereda. Persaingan paling ketat justru terjadi di segmen harga bawah.
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini saja, 2,35 juta EV dan plug-in hybrid (PHEV) dengan harga 100.001–150.000 yuan terjual di China. Ini menjadikannya segmen pasar terbesar di negara tersebut, naik dari kurang dari 1,5 juta unit pada periode yang sama tahun lalu.
Sebaliknya, model dengan harga 150.001 - 200.000 yuan (Rp352,9 - Rp470,6 juta) stabil di sekitar 2,3 juta penjualan.
Pertumbuhan signifikan juga terjadi pada kendaraan energi baru (NEV) dengan harga lebih murah. Penjualan kendaraan di kisaran 11.300 - 14.100 dolar AS (Rp188 - Rp234,7 juta) dan 11.300 dolar AS ke bawah meningkat dua kali lipat hingga melampaui satu juta unit.
Meski pilihan kendaraan yang lebih terjangkau menguntungkan konsumen China, kondisi ini justru menekan produsen mobilnya sendiri.
Pada kuartal Juli-September, laba bersih BYD turun 30 persen, penurunan pertama dalam empat tahun.
Great Wall mengalami hal serupa, dengan laba anjlok 30 persen meski penjualan naik 20 persen.
Sementara itu, ekspor terus melonjak. Dalam tiga kuartal pertama tahun ini, merek China mengirim 1,75 juta EV dan PHEV ke luar negeri, meningkat 89 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.[JX/antaranews.com/Win]


Posting Komentar