Jakarta, JIA XIANG - Transjakarta, bus kota yang sudah lebih dari 20 tahun beroperasi di Jakarta, telah menjadi kebanggaan warga.
Bus ini menjadi kebanggaan dan diandalkan warga karena Jakarta akhirnya memiliki transportasi umum yang nyaman dan dikelola dengan baik.
Sebelum ada Transjakarta, bukan tanpa upaya pembenahan layanan bus kota di Jakarta. Namun hasilnya tidak pernah memuaskan.
Maka, ketika Transjakarta hendak dioperasikan, semasa Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007 Sutiyoso, muncul pro dan kontra di kalangan warga.
Apalagi harus menyita satu jalur jalan, mulai dari kawasan Blok M, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan MH Thamrin, Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Gajah Mada, Jalan Hayam Wuruk hingga kawasan Glodok dan Kota Tua.
Di sisi tersebut, pengguna kendaraan pribadi memprotes karena yang digunakan lajur di jalur cepat. Mereka tidak terima bila lalu lintas di jalan utama Jakarta semakin macet.
Hal lain yang diprotes, penempatan halte bus di lahan pembatas jalan yang harus memangkas pohon peneduh. Apalagi, pembatas jalur lambat dan jalur cepat dihilangkan, yang berarti pohon peneduh semakin berkurang.
Munculnya kritik tersebut sesungguhnya lantaran ada keraguan nasib Transjakarta sama seperti sebelumnya, perbaikan pelayanan bus kota tak terwuud.
Namun Letjend (Pur) Sutiyoso, matan Pangdam Jaya, tetap pada keputusannya.
Transjakarta pun resmi beroperasi, pada 1 Februari 2004, di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Ia pun juga menjadi sosok pencetus transportasi umum tersebut.
Untuk diketahui, inspirasi hadirnya Transjakarta datang dari TransMilenio, di mana Sutiyoso melihat sistem BRT di Bogotá, Kolombia.
Sutiyoso berharap Transjakarta mampu mengubah wajah transportasi umum Jakarta dan menjadi solusi atas kemacetan yang semakin parah.
Transjakarta tetap dipertahankan dan dikembangkan.Terlebih di era Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama, pelayanan Transjakarta lebih dioptimalkan, yang kemudian dilanjutkan Anies Baswedan, dan kini Pramono Anung.
Transjakarta, yang merupakan sistem Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Asia Selatan, jaringan pelayanannya telah menjangkau semua wilayah Jakarta, bahkan ke kota-kota penyangga: Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Panjang lintasan Transjakarta mencapai 208 kilometer, sehingga sistem bus ini menjadi yang terpanjang di dunia.
Saat ini, publik Jakarta sedang mengikuti rencana Gubernur Jakarta Pramono Anung untuk menaikan tarif Tansjakarta dari Rp3500 menjadi Rp5000.
Kenaikan tarif diharapkan pelayanan Transjakarta semakin baik, dan waktu tempuhnya semakin cepat.
Sebab kehadiran Transjakarta tidak hanya membantu mobilitas masyarakat Jakarta, tetapi juga berperan dalam mengurangi kemacetan di Jakarta.
Maka, Gubernur harus bisa meyakinkan pengguna kendaraan pribadi beralih jadi pengguna Transjakarta.
Semoga.[JX/Win]


Posting Komentar